TARGET TUNTAS, Pilkada Gubernur Sulsel yang
digelar belum lama ini membuahkan banyak insiden bahkan penganiayaan serta
penculikan yang ditengarai seorang oknum Bupati. Penganiayaan dan penculikan
serta perampasan barang yang mana pada saat itu bupati Wajo, Drs. H.Andi
Burhanuddin, Unru, MM bersama rombongan menguntik salah satu rumah warga di Doping yang diduga melakukan praktik money
politik pada Pilkada Gubernur. Namun sebelum rombongan Bupati Wajo tiba
dilokasi, terlebih dahulu mobil yang mengaku dari anggota Panwaslu Wajo tiba
dirumah yang diduga melakukan aksi money politik.
Sekitar jam 3.30 wita, orang yang
mengaku dari Panwaslu tiba dirumah tersebut dimana pada saat itu penghuni rumah
belum tidur. Pasalnya ia sedang menunggu keluarganya yang sedang sakit.
Mendengar ada orang bersuara, Andi Akhiruddin mencoba keluar rumah seraya menimpali
orang yang sedang bertanya dan mengaku dari Panwaslu. Belum panjang lebar
pembicaraannya, rombongan bupati tiba dilokasi. Andi Asdar yang juga saudara A.
Akhiruddin bersama iparnya istri A. Akhiruddin keluar diteras depan rumah
seraya melihat peristiwa adegan penganiayaan pemukulan saudaranya dihalaman rumahnya yang dilakukan oleh oknum
Bupati Wajo., urai A.Asdar yang dihubungi Via Ponsel.
Tanpa
tedeng aling-aling warga yang berteriak tadi langsung digelandang kesalah satu
tempat dengan tangan terikat. Dari penganiayaan warga tersebut, akhirnya warga
masyarakat yang mengatasnamakan dirinya “FORUM MASYARAKAT DOPING DAN
BENCENG-BENCENGE, simpatisan korban penganiayaan, penculikan, pencemaran nama
baik, intimidasi dan perampasan barang melakukan aksi solidaritas ke kantor
DPRD Wajo, Senin 28 Januari 2013.
Kronologis
Sekitar jam 3.00 subuh, Selasa tanggal 22 Januari 2013,
rombongan Bupati Wajo, Drs. Andi Burhanuddin, Unru,MM bersama rombongan yang
diperkirakan sekitar 25 kendaraan (Mobil). Ikut rombongan pada saat itu, aparat
kepolisian dan TNI, Camat Penrang, sejumlah anggota FKPPI mendatangi rumah
keluarga A.Akhiruddin yang beralamat di jalan Pelabuhan sebelah timur Pasar
Doping.
Awalnya,
Bupati Wajo, Andi Burhanuddin Unru memasuki halaman rumah keluarga Akhiruddin
dan mencari penghuninya. Dimana pada saat itu, Akhiruddin ditemukan sedang
bersama istrinya St. Nurfahni sedang keluar dari rumahnya. Dan pada saat
Akhiruddin ditemukan maka terjadilah perang mulut. Pasalnya Bupati menuduhnya
telah membagi-bagikan uang dan sarung untuk memenangkan No. Urut 1 (IA). Namun tentunya
tuduhan tersebut di tampik oleh Akhiruddin dan istrinya, bahwa dirinya tidak
pernah membagikan uang maupun sarung kepada warga, ia kesini karena kunjungan
keluarga yang sedang sakit.
Tanpa
sadar, Bupati Wajo, Andi Burhanuddin Unru memukul badan Akhiruddin bersama Dg.
Tapala, Dg. Pasolong serta satu rekannya bernama. Setelah penganayaan Bupati
tersebut, dilanjutkan penganiayaan beberapa anggota dari FKPPI. Penganiayaan
ini menjadi tontonan warga diantaranya, H. Kamaruddin, Andi Asdar, P. Nia,
Arsal, Rahman Adjeng (Ka.Lingkungan Baru Doping. Setelah adegan penganiayaan
ini, Bupati bersama anggotanya naik menggeledah rumah, kamar, lemari-lemari,
bahkan sempat membuka kelambu yang masih terpasang diranjang. Dimana pada saat
itu dilihat para penggeledah memakai badik (Sajam)
Dari
penggeledahan tersebut, Bupati bersama anggotanya tidak menemukan barang
bukti. Selanjutnya, Akhiruddin diikat
tangannya kebelakang lalu ditarik kerumah-rumah warga tetangganya dengan maksud
mencari barang bukti tadi. Aksi tersebut juga dibarengi dengan memukul-mukul
beberapa rumah warga dengan menggunakan
kayu agar penghuni rumah tersebut terbangun dan turun menemui rombongan bupati
seraya meminta sarung pemberian dari tim IA.
Selanjutnya,
keempat orang, Akhiruddin, H.Dg. Tapala, Asriadi, dan Dg. Pasolong digelandang
ke Turumpakkae, seraya mengambil dompet, HP, Mobil bersama STNK dan plat
kendaraan milik korban.
TKP II “ Benceng-Bencenge”
Sekitar jam 6.30 wita, Muhammad Azis dan Dakirman warga
Benceng-Bencenge mendapat telpon dari Rusmin Nuryadin, Sekretaris Diknas Wajo
tentang keberadaannya. Dan saat itu, Azispun menjawabnya bahwa dirinya masih
dirumah dan bermaksud ke Atapange. Namun dalam perjalanannya Azis dicegat oleh
camat Majauleng dan langsung memeriksa kendaraannya. Namun camat majauleng
tidak menemukan barang bukti sesuai apa yang diharapkan. Setelah mobilnya
diperiksa Azis pun minta pamit namun tetap dicegah oleh Camat majauleng.
Aksi penggeledehan mobil Azis dan
pencegahannya ternyata menunggu rombongan bupati. Setelah bupati bersama
romobongan datang. Saat itupula bupati
langsung turun mobilnya untuk menemui Azis dan kembali memukul wajahnya,
beruntung saat itu azis menghindar sehingga tidak mengenanya. Setelah itu,
Jasman Juanda (Kadis Pendidikan) dating
dan langsung memeluknya dari depan dan saat itu bupati Wajo menendangnya serta
memukul perutnya dan juga anggota FKPPI juga ikut memberikan bogem mentah,
setelah itu, keduanyapun juga ikut digelandang.
TKP 3 “ Tarumpakkae”
Tepatnya di depan warkop, keenam
orang ini diturunkan di mobil dan diperintahkan duduk ditanah. Saat itu, Bupati
mengintimidasinya dan memaksa keenam orang tersebut memegang STIKER Ilham Azis
sambil dipaksa meneriakkan, “Saya adalah teroris uang diutus untuk membom uang
dan sarung di desa-desa, dan keenam orang ini akhirnya meneriakkan sesuai
perintah. Dan saat itu Bupati Wajo, menghimbau kepada warga bahwa inilah
TERORIS utusan kandidat no.1 dan saat itu bupati meminta agar warga tidak
memilih No. 1.
TKP 4 “Kantor DPD Golkar Wajo”
Sekitar jam, 8.30 wita, keenam
orang ini di bawah ke kantor Golkar Wajo, disana mereka dipaksa mengakui kalau
dirinya teroris utusan Ilham-Azis untuk membom uang dan sarung di sejumlah
Desa. Selanjutnya Bupati meminta anggota Panwaslu Wajo untuk dating melihat
keenam warga di kantor Golkar Wajo sebagai bentuk pelanggaran Pilkada.
Setelah anggota Panwaslu
memeriksa keenam warga, sekitar jam 11.00 wita barula keenam warga tersebut
dilepas. Dan barang yang diambil dikembalikan.
Sekitar jam, 14.00 wita, ketiga
korban, Akhiruddin, Dakirman dan Muh. Azis bersama saksi-saksi, St. Nurfahni,
Andi Asdar dan P. Nia mendatangi Polres Wajo guna melaporkan penganiayaan oknum
bupati bersama anggotanya. Dalam keterangan laporannya, mengaku kalau Bupati
wajo, sebagai pelaku utama. Namun ternyata dalam BAP Polres Wajo, yang muncul
hanya 3 orang nama tersangka yang tidak dikenal korban, sementara nama Bupati
tidak masuk dalam BAP. Kuat dugaan kalau semua ini telah di skenariokan
faktanya oleh pihak penyidik Polres Wajo. (Kronologis
tertulis)
Dalam aksi warga masyarakat di
kantor DPRD Wajo, terhadap penganiayaan Bupati Wajo, bersama anggotanya
mendapat respon dari anggota dewan yang menerima aspirasinya. Diantaranya,
Ketua DPRD Wajo, Drs. H. M.Yunus Panaungi bersama anggota dewan lainnya,
mendukung sepenuhnya aspirasi warga masyarakat, “mendukung penegakan hukun dan
keadilan di Wajo tanpa pandang bulu”.
Pada kesempatan itu, Taqwa, anggota dewan Wajo
bernada sama bahwa “Kita tidak boleh takut dalam menegakkan hukum dan
keadilan, sepanjang hal itu adalah
kebenaran, jadi jangan takut, imbuhnya.
Sementara
itu, bagian penyidik mengungkapkan bahwa
penyidikan yang dilakukannya berdasarkan perintah Kapolda Sulselbar,
berdasarkan barang bukti (BB) diantaranya tali pengikat berwarna biru serta
sebilah Sajam, ujarnya singkat.
( Koresponden Wajo : Andi Mappajerru ).
( Koresponden Wajo : Andi Mappajerru ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar